Minggu, 22 Juli 2018
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
LAPORAN
PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN KE 6
(ENAM)
FRAKSINASI
SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Nama
:
Nurani Puji Pangestuti
NIM : 1606067040
Kelompok :
A6
Hari,
Tanggal Praktikum : Senin, 16 Juli 2018
Dosen
Pembimbing : Dian Ratna Rianti, M.Sc., Apt
LABORATORIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
PERCOBAAN 6
FRAKSINASI
SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak
tumbuhan dengan ekstrak cair-cair
B. DASAR TEORI
Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses
pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut,
suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi
perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada boot
dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang
fraksi yang lebih ringan akan berada diatas fraksinasi bertingkat biasanya
menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol,
diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin,
tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diektraksi dengna
pelarut organik (Adijuwana dan Nur, 1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya
diawali dengan menggunakan pelarut yang kurang polar dan dilanjutkan dengan
pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai
konstanta dielektik pelarut.
Empat tahapan fraksinasi bertingkat dengan
menggunakan empat macam pelarut yaitu:
1. Ekstraksi aseton
2. Fraksinasi
n-heksan
3. Fraksinasi etil
eter
4. Fraksinasi etil
asetat (Lestari dan Pari, 1990)
Metode fraksinasi / pemisahan umunya:
1. Ekstraksi
Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode
pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur,
sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut keseuaian sifat dengan cairan
(prinsip solve dissolvelike).
2. Ekstraksi padat
cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dan
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
TEMU KUNCI
Klasifikasi
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiesperma
Kelas :
Monocolyleadoane
Bangsa :
Zingiberales
Suku :
Zingiberacoes
Marga :
Boesenbergia
Jenis :
Boesenbergia pandurata (Roxb) (Anonim,
2001)
Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu
metilsinamat, kamper, sineol, dan ferpera. Disamping minyat atsiri, temu kunci
mengandung saponim dan flavonoid (Chairul etal, 1996). Senyawa-senyawa yang
mempunyai prospek cukup biasanya berasal dari golongan flavonoid, karkumin,
limonoid, vitamin C, vitamin E (totoferol) dan kafekin yang bisa digunakan
sebagai obat kanker. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat pula sebagai
antioksidan (Alai etal, 1996).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.
Beaker glass
2.
Erlenmeyer
3.
Corong pisah
4.
Gelas ukur
5.
Seperangkat alat KLT
Bahan
1.
Ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat
2.
N-Heksan
3.
Etil astetat
4.
Etanol 96%
5.
Aquades
6.
NaCl 10%
D. CARA KERJA
- Ekstraksi Cair cair
Ekstrak hasil maserasi temu kunci
dengan etil asetat sebanyak 20 ml dam air sebanyak 20 ml dimasukan kedalam
corong pisah, difraksinasi berturut-turut dengan petarut air (apabila pemisahan
tidak jelas ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5 ml) dilakukan hingga menghasilkan
fraksi yang ke empat. Cuplik masing-masing fraksi yang terbentuk.
- Identifikasi KLT
Kromatografi Lapis Tipis
a.
Fase diam : Silika
Gel GF 254
b.
Fase gerak : n-Heksan
: Etil Asetat (4:1)
c.
Cuplikan :
Esktrak hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat
d.
Deteksi : UV 254
E. HASIL
Nama Simplisia :
Temu Kunci
Metode eksraksi :
Fraksinasi Cair cair
Ranedemen Ekstrak :
-
Berat awal
: 20 ml
Berat akhir
: 9 ml
Jumlah Solven
1.
Solven 1 ditambah air 20 ml
2.
Solven 2 ditambah air 20 ml
3.
Solven 3 ditambah air 20 ml dan NaCl 10% 5 ml
4.
Solven 4 ditambahkan 20 ml dan NaCl 10% 5 ml
Hasil pengamatan :
1.
Fase diam : Silica
Gel GF 254
2.
Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)
3.
Pembanding : Ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan
etil asetat
4.
Deteksi : Sinar UV 366 nm
Nilai Rf fraksi
2 = 4,1/8 = 0,5125
Nilai Rs fraksi
4 = 3,9/8 = 0,4875
Niali Rf fraksi
ekstrak + 4/8 = 0,5
F. PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan
adalah Fraksinasi secara cair-cair dengan tujuan mahasiswa mampu melakukan
fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair. Fraksinasi adalah
proses pemisahan senyawa aktif dalam sampel berdasarkan tingkat keplarannya
masing-masing. Fraksinasi akan menghasilkan frkasi yaitu memisahkan senyawa
target dari pembawa. Dalam pratikum digunakan sampel ekstrak hasil maserasi
temu kunci dengan etil asetat. Pada ektrasksi air berperan sebagai pelarut
polar.
Proses fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi
cair-cair tertingkat dimana dilakukan dengan menggunakan air. Seluruh ekstrak
digunakan karena yang akan digunakan pada tahap selanjutnya dari percobaab ini
adalah fraksi-fraksi yang terbentuk dari proses frakasinasi ekstrak hasil
maserasi temu kunci denga etil asetat yaitu fraksi air. Tujuan dari fraksinasi
cair-cair bertingkat ini adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada ekstrak hasil
maserasi temu kunci dengan etil asetat berdasarkan tingkat kepolarannya
juga bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam air. Pada percobaan
digunakan alat corong pisah untuk melakukam fraksinasi. Proses fraksinasi
dilakukan dengan air, pelarut digunakan untuk memisahkan senyawa yang terdapat
dalam ekstrak hasil maserasi temu kunci denga etil asetat dimana sampel
mengandung pelaut yang memiliki senyawapolar, maka akan ditarik oleh air
kemudian dipisahkan bagian airnya. Percobaan dimulai dengan memasukan ekstrak
hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat dan air kedalam corong pisah
kemudian kocok-kocok, tunggu dan diamkan hingga terbentuk pemisahan dua lapisan
dan pisah bagian airnya hasil pemisahan menghasilkan fraksi 1, kemudian
ditambahkan kembali air, kocok-kocok tunggu hingga terbentuk pemisahan dua
lapisan dan dipisahkan bagian airnya hasil pemisahan menghasilkan fraksi 2 dan
cuplik fraksi yang diperoleh, kemudian tambhakan kembali air dalam corong
kocok-kocok tunggu hingga terjadi pemisahan, namun pada penambahan pelarut air
yang ketiga ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5ml berfungsi untuk memperjelas
pemisahan lapisan yang terjadi karena pemisahan yan terbentuk tidak terlalu
jelas. Setelah ditambahkan nampak pemisahan yang jelas dan dipisahkan bagian
airnya, kemudian dilakukan hal yang sama hingga terjadi pemisahan, dipisahkan
bagian airnya yaitu lapisan bawah. Terjadi pemisahan karena perbedaan polaritas
dan masa jenis pada larutan tersebut. Cuplik fraksi yang diperoleh yaitu
menghasilkan fraksi 4. Digunakan sampel ekstrak hasil maserasi temu kunci pada
awal fraksinasi yaitu 20ml dan hasil akhir fraksinasi menunjukan volume sampel
menjadi 9ml. Berkurangnya jumlah sampel disebabkan pelarut pada ekstrak yaitu
etil asetat dan solven dalam fraksinasi air (etil asetat semipolar, air bersifat
polar) adanya sejumlah bagian dari pelarut yang menguap dan bagian dari sampel
yang ikut terikat oleh air. Dari hasil fraksinasi diperoleh cuplikan frkasi 2
dan cuplikan fraksi 4 yang akan diuji dengan kromatografi lapis tipis dengan
pembanding ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat. Tujuan
pemisahan senyawa menggunaka KLT yaitu mengamati apakah masih teradapat senyawa
yang bersifat polar dalam fraksi-fraksi yang diperoleh.
Proses selanjutnya yaitu identifikasi sediaan yang
diperoleh hasil fraksinasi dengan KLT. KLT dilakukan untuk uji kualitatif
berdasarkan pada nilai Rf sampel dan Rf standar, namun dalam praktikum
digunakan ekstrak hasil maserasi temu kunci sebagai cuplikan pembanding atau
cuplikan standar. Prinsip dari KLT pemisahan didasarkan pada perbedaan
distribusi senyawa yaitu fase diam dan fase gerak. Senyawa yang terikat kuat
oleh fase diam akan tertahan dan akan terelusi lebih lama dibanding dengan
senyawa yang terikat lemah akan lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan
terelusi pada plat. Daya ikatan antara senyawa dan dua fase didasari pada sifat
polaritasnya. Digunakan fase diam silica gel GF254 yang bersifat polar serta
digunakan fase gerak.
G. KESIMPULAN
Mahasiswa
mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstrak cair-cair
berdasarkan proses pemisahan suatu senyawa kuantitas tertentu dari campuran
atau senyawa aktif berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu memproleh fraksi
sebanyak 4 fraksi, dan dilakukan uji KLT memproleh nilai Rf fraksi 2 sebesar
0,5125, nilai Rf fraksi 4 sebesar 0,487 dan nilai Rf ekstrak hasil maserasi
temu kunci dengan etil asetat sebesar 0,5.
DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, Nur,
M.A., 1989. Teknik Spetroskopi dalam
Analisi Biologi. Bogor. Pusat Antar Universitas IPB.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim, 2001. Investaris Tanaman Obat Indonesia 1 Jilid 2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Aldi, Y., N.C.
Sugiarto, S., et al, 1996. Uji Efek
Antihis Tonninergik dan Tanaman Androgaphis paniculata Ness. Warta Tanaman
Obat Indonesia. 3(1):17-19.
Lestari, S.B.,
dan Pari, G., 1990. Analisis Kimia Beberapa
Jenis Kayu Indonesia, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Pusat Penelitian Indonesia
dan Pengembangan Hasil Hutan. VII (3), 96-100.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar